Langsung ke konten utama

Mengapa kita merasa gatal?

siapa yang tidak sebal pada gatal? semua orang pasti pernah merasa gatal, entah karena ketombe, digigit nyamuk, alergi dan lain - lainnya. sensasi yang tampaknya sepele ini memang bisa sangat - sangat mengganggu apa bila terjadi di tempat dan saat yang tidak tepat.
tetapi, taukah kalian kenapa tubuh manusia merasa gatal? . Faktanya, insting bertahan hidup merupakan jawaban mengapa tubuh kita bisa merasakan aneka sensasi yang sangat menyebalkan seperti gatal. seperti halnya rasa sakit dan mual, gatal adalah cara tubuh memperingatkan diri dari ancaman hal - hal yang berbahaya.
bedanya, gatal hanya terjadi pada area kulit, jadi kita tidak perlu khawatir suatu saat akan mengalami gatal jantung atau gatal ginjal.
sebagai pertahanan pertama terhadap ancaman dari luar tubuh, kulit kita sangat peka terhadap banyak rangsangan. sel saraf atau neuron yang merangsang rasa gatal disebut sebagai Pruriceptive. saat muncul rangsangan gatal neuron pruriceptive akan menghasilkan molekul yang bertugas mengantarkan sinyal gatal melalui tulang belakang yang sampai ke otak kita. proses ini lah yang terjadi ketika kita merasa gatal.

umumnya, kita merasakan gatal yang disebabkan oleh faktor medis, seperti sinar matahari berlebih, zat kimia beracun, alergi ulat bulu, hingga infeksi mikroorganisme seperti panu, kadas dan kutu air.
bagaimanapun faktor psikologis stress, depresi, dan takut berlebihan ternyata juga bisa memicu rasa gatal. gatal satu ini tergolong dalam gatal psikosomatis yaitu gangguan mental yang berdampak secara fisik, akibatnya alam bawah sadar kita membuat gatal yang kita rasakan menjadi seakan berlipat dari yang sesungguhnya, bahkan kita bisa merasa gatal hanya dengan melihat orang lain merasa gatal, atau berfikir tentang rasa gatal itu sendiri.
ketika merasa gatal, otomatis otak akan merespon dengan hasrat untuk menggaruk. jika dilakukan secukupnya, menggaruk memang bisa memberikan rasa lega, namun jika berlebihan menggaruk tentunya justru dapat melukai kulit kita apalagi kalau sampai berdarah.
efek menggaruk sendiri hanya sementara, beberapa peneliti berpendapat bahwa menggaruk dapat menimbulkan efek sakit yang seolah - olah bisa menutupi rasa gatal. meski begitu belum ada jawaban pasti mengapa kita menggaruk saat kita merasa gatal. yang kita tahu menggaruk telah kita lakukan secara turun temurun sejak zaman purba kala.



sumber : Youtube Channel Kok bisa?
https://www.youtube.com/watch?v=Bo5If_8TH9U

Komentar

Postingan populer dari blog ini

perbedaan animasi 4D dan 5D

Animasi 4D  Tidak berbeda jauh dengan format 3D, hanya saja efek dari film 4D ini, bukan hanya gambarnya saja yang keluar, melainkan ada getaran-getaran atau efek-efek nyata yg dihasilkan. Misalnya saja film-film animasi bertema kehidupan alam, ketika adegan di air, maka ada air yang menyipratkannya ke wajah kita, atau uap air menetes. Lalu ketika adegan gempa bumi, maka kursi yang kita duduki akan bergetar juga, memang unik dan mengasyikan tetapi para penonton pasti tidak akan fokus ke filmnya melainkan ke efeknya saja. Film berformat seperti ini tidak hanya mengacu pada layar bioskop saja, melainkan beberapa aplikasi media seperti penggerak kursi yang menghasilkan getaran, uap air, serta beberapa efek lainnya, termasuk AC yang bisa tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin saat adegan salju, dan Heater yang dapat memanas saat adegan padang pasir. Dan format film ini pun harus diputar pada bioskop-bioskop khusus saja. Sedangkan animasi 5D sebenarnya di beberapa negara eropa ada ne...

Kenapa 1 Tahun Itu 12 Bulan?

Nenek moyang kita dulu membuat kalendar berdasarkan berbagai macam perhitungan. Mulai dari perhitungan astronomi, pergantian musim, peristiwa politik hingga prediksi kiamat. Ini seperti yang ditanyakan oleh teman-teman kita ini, kenapa sistem kalender kita harus memiliki 12 bulan dalam setahun? Kenapa bukan misalnya, 20 bulan? Apa dasar perhitungannya? Pendeknya, kalender yang kita gunakan sekarang itu mengadopsi sistem kalender romawi. Awal mulanya, sistem dalam kalender romawi ini hanya memiliki 10 bulan atau 304 hari saja dalam setahun. Tapi, jumlah 10 bulan ini kemudian dianggap kurang tepat, karena tidak bisa sinkron dengan pergantian musim yang terjadi. Hingga akhirnya, Kaisar Romawi pada saat itu, Numa Pompilius, menambahkan 2 bulan baru, yakni Januari dan Februari. Dan kemudian setelah itu, disempurnakan lagi oleh sistem kalender Julian, yang namanya diambil dari Julius Caesar, kaisar romawi saat itu. Lalu ketika bangsa di eropa mulai mengembangkan sains dan memahami astron...

Bagaimana Cara Mengetahui Umur Benda Purba?

Coba tebak, sudah berapa lama Sultan Jogjakarta yang pertama meninggal? Jawabannya mudah. Kita kurangkan saja tanggal hari ini dengan tanggal kematian sang sultan. Tapi, bagaimana kalau kita ditanya, sudah berapa lama Firaun Mesir yang pertama meninggal? Atau, sudah berapa lama kucing kesayangannya meninggal? Pertanyaan semacam ini, tampaknya selalu bisa dijawab oleh para peneliti benda purba. Buktinya, setiap peninggalan bersejarah yang kita lihat di museum selalu ada keterangan umurnya. Namun seperti pertanyaan ini, pernahkah kalian penasaran, bagaimana para peneliti bisa tahu umur mumi, prasasti, atau benda-benda purba lainnya? Padahal, mereka jelas belum lahir pada zaman itu. Apakah mereka cuma asal tebak? Atau jangan-jangan, para peneliti ini diam-diam punya mesin waktu? Ternyata, pengukuran umur benda purba bisa dilakukan secara ilmiah tanpa perlu time-travel, yaitu dengan teknik dating. Bukan… Bukan dating yang itu, tapi dating yang lainnya. Teknik dating benda purba sendiri...