Langsung ke konten utama

Kenapa ada tumbuhan di bawah laut?

Sebagai makhluk yang hidup di darat, kita tahu kanan-kiri kita selalu ada tanaman. Tapi, apa jadinya di bawah laut sana? Kenapa di bawah laut sana tidak ada hutan seperti di daratan?
Ya, jadi, selama ini mungkin kita mengira bahwa tanaman disekeliling kita-lah yang dapat memberikan udara segar yang kita hirup, tapi ternyata hampir sekitar lima puluh sampai delapan puluh lima persen asupan oksigen yang kita hirup justru bukan berasal dari tanaman yang ada disekeliling kita. Lalu, dari mana? Yup dimana lagi kalau bukan dari laut! Tanaman-tanaman laut merupakan tanaman yang paling banyak menyumbang oksigen di atmosfer bumi dan juga paling banyak menyerap gas karbondioksida, si gas rumah kaca yang menjadi dalang dari kenaikan suhu rata-rata di bumi.

Ketika keadaan Bumi semakin terancam dengan meningkatnya suhu rata-rata pada beberapa dekade belakangan, negara-negara di dunia melalui PBB pun akhirnya menetapkan Neraca Karbon melalui kesepakatan terbesar sepanjang sejarah umat manusia : “paris agreement”. Dengan begitu mungkin kemampuan penyerapan karbon yang dahsyat dari tanaman-tanaman laut bisa jadi kunci utama umat manusia buat mengatasi kenaikan suhu! Tapi dari tadi kita ngomongin tanaman laut, kira-kira dimana mereka bisa ditemukan yah?

Berbeda dengan di darat, ketika kita bisa melihat banyak tanaman bertebaran di hutan,kebun, atau halaman rumah nenek kita, kita mungkin akan kesulitan untuk melihat tanaman laut, karena ternyata mereka bersembunyi dalam wujud mikroskopis! EITS… meski sebagian besar berada dalam wujud mikroskopis, tapi masih ada kok yang bisa kita lihat dengan mata kepala kita secara langsung! Inilah LAMUN! Walaupun sering ketuker dengan rumput laut karena mirip, dan kalah populer di kalangan tumbuhan pelindung pesisir, namun Lamun adalah satu-satunya tumbuhan sejati yang mampu hidup terbenam di dalam air laut!

Akibat evolusi dan proses adaptasi dari nenek moyang tanaman lamun, lamun yang tadinya tumbuh di darat pun akhirnya bisa hidup di wilayah pesisir. Kepopuleran Lamun mungkin masih kalah dengan mangrove, tapi kehebatan lamun yang tumbuh diantara mangrove dan terumbu karang, jangan ditanya! Walau menempati areal yang sedikit bersama dengan mangrove kontribusi Lamun terhadap penyerapan karbon hampir 50% dari total penyerapan karbon di dunia dengan menyerap kadar karbon di atmosfer lalu menjebaknya ke dalam sedimen. Selain itu, tanaman unik satu-satunya yang hidup di laut ini merupakan tempat hidup yang ideal bagi hewan-hewan laut untuk tumbuh dan berkembang. Hebat juga kan!

Yah… lamun yang hebat ini pun bisa menjadi penunjuk lingkungan yang bersih dengan keberadaannya, karena rentan mengalami kerusakan, LAMUN manjadi salah satu pengingat kita yang suka merusak lingkungan. Sayangnya Indonesia yang menjadi pemilik ladang lamun terluas kedua di dunia sedang mengalami kerusakan lamun yang cukup mengenaskan, jadi kita tinggal memilih saja apakah akan menjaganya atau membiarkannya. Dan seperti biasa terima kasih.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

perbedaan animasi 4D dan 5D

Animasi 4D  Tidak berbeda jauh dengan format 3D, hanya saja efek dari film 4D ini, bukan hanya gambarnya saja yang keluar, melainkan ada getaran-getaran atau efek-efek nyata yg dihasilkan. Misalnya saja film-film animasi bertema kehidupan alam, ketika adegan di air, maka ada air yang menyipratkannya ke wajah kita, atau uap air menetes. Lalu ketika adegan gempa bumi, maka kursi yang kita duduki akan bergetar juga, memang unik dan mengasyikan tetapi para penonton pasti tidak akan fokus ke filmnya melainkan ke efeknya saja. Film berformat seperti ini tidak hanya mengacu pada layar bioskop saja, melainkan beberapa aplikasi media seperti penggerak kursi yang menghasilkan getaran, uap air, serta beberapa efek lainnya, termasuk AC yang bisa tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin saat adegan salju, dan Heater yang dapat memanas saat adegan padang pasir. Dan format film ini pun harus diputar pada bioskop-bioskop khusus saja. Sedangkan animasi 5D sebenarnya di beberapa negara eropa ada ne...

Kenapa 1 Tahun Itu 12 Bulan?

Nenek moyang kita dulu membuat kalendar berdasarkan berbagai macam perhitungan. Mulai dari perhitungan astronomi, pergantian musim, peristiwa politik hingga prediksi kiamat. Ini seperti yang ditanyakan oleh teman-teman kita ini, kenapa sistem kalender kita harus memiliki 12 bulan dalam setahun? Kenapa bukan misalnya, 20 bulan? Apa dasar perhitungannya? Pendeknya, kalender yang kita gunakan sekarang itu mengadopsi sistem kalender romawi. Awal mulanya, sistem dalam kalender romawi ini hanya memiliki 10 bulan atau 304 hari saja dalam setahun. Tapi, jumlah 10 bulan ini kemudian dianggap kurang tepat, karena tidak bisa sinkron dengan pergantian musim yang terjadi. Hingga akhirnya, Kaisar Romawi pada saat itu, Numa Pompilius, menambahkan 2 bulan baru, yakni Januari dan Februari. Dan kemudian setelah itu, disempurnakan lagi oleh sistem kalender Julian, yang namanya diambil dari Julius Caesar, kaisar romawi saat itu. Lalu ketika bangsa di eropa mulai mengembangkan sains dan memahami astron...

Bagaimana Cara Mengetahui Umur Benda Purba?

Coba tebak, sudah berapa lama Sultan Jogjakarta yang pertama meninggal? Jawabannya mudah. Kita kurangkan saja tanggal hari ini dengan tanggal kematian sang sultan. Tapi, bagaimana kalau kita ditanya, sudah berapa lama Firaun Mesir yang pertama meninggal? Atau, sudah berapa lama kucing kesayangannya meninggal? Pertanyaan semacam ini, tampaknya selalu bisa dijawab oleh para peneliti benda purba. Buktinya, setiap peninggalan bersejarah yang kita lihat di museum selalu ada keterangan umurnya. Namun seperti pertanyaan ini, pernahkah kalian penasaran, bagaimana para peneliti bisa tahu umur mumi, prasasti, atau benda-benda purba lainnya? Padahal, mereka jelas belum lahir pada zaman itu. Apakah mereka cuma asal tebak? Atau jangan-jangan, para peneliti ini diam-diam punya mesin waktu? Ternyata, pengukuran umur benda purba bisa dilakukan secara ilmiah tanpa perlu time-travel, yaitu dengan teknik dating. Bukan… Bukan dating yang itu, tapi dating yang lainnya. Teknik dating benda purba sendiri...