Kita tentunya sudah mengenal banyak teori, mulai dari teori evolusi sampai teori gravitasi. Tapi, masih banyak orang yang bilang bahwa teori itu, masih hanyalah sekedar teori. Tetapi, apakah sebenarnya teori itu? Apakah mereka benar-benar hanya dalam tanda kutip “teori”?
Pendeknya, teori dalam sains dan teori yang sering kita gunakan sehari-hari adalah hal yang berbeda. Dalam bidang sains, sebuah teori diawali dengan pengamatan terhadap sekeliling kita, yang diyakini benar, atau disebut sebagai fakta.
Misalnya, kita tahu bahwa matahari itu selalu terbit dan terbenam. Dan biasanya kita sebagai manusia, selalu mencoba mencari penjelasan kenapa hal itu terjadi. Misalnya, kita menduga kalau itu terjadi karena matahari selalu bergerak mengelilingi bumi. Dugaan awal ini, disebut sebagai hipotesis.
Tetapi hipotesis yang kita ajukan, harus dapat dites dan diuji kembali, untuk dicari tahu kebenarannya. Misalnya, jawaban kita tadi akhirnya diuji, dan ternyata terbukti salah besar, namun dari situ kita menemukan bahwa nyatanya, bumi kita itu ternyata bulat, dan berputar terhadap porosnya sendiri, dimana posisi pengamatan kita juga selalu berputar terhadap matahari, menimbulkan efek seakan matahari yang mengelilingi kita.
Kemudian jika sudah cukup banyak hipotesis yang terbukti benar dalam menjelaskan suatu fenomena, dan tentunya telah diuji serta disetujui oleh para peneliti lain, maka terbentuklah… Teori. Ya, perjalanan sebuah teori untuk menjadi teori ternyata cukuplah panjang.
Contohnya misalnya, sejak abad ke-19, para peneliti menemukan fenomena aneh, yaitu banyaknya fosil hewan laut ditemukan di daratan tinggi, contohnya di pegunungan Himalaya. Bagaimana hal itu terjadi? Peneliti saat itu memiliki hipotesis, kalau hal itu terjadi, karena pernah adanya banjir besar yang membawa hewan laut ke daratan tinggi.
Memang terdengar masuk akal, tetapi, pengujian lebih lanjut ternyata menemukan bahwa itu terjadi karena adanya lempengan bumi yang terus bergerak. Penelitian ini pun menghasilkan teori lempeng tektonik, yang menjelaskan kenapa fosil hewan laut dapat berada di daratan tinggi. Yang kemudian teori ini juga dapat menjelaskan bagaimana terbentuknya benua kita sekarang, terbentuknya pegunungan vulkanis hingga penyebab terjadinya gempa bumi, yang semuanya diakibatkan oleh pergerakan lempeng tektonik bumi.
Kemudian hal tersebut juga terjadi pada Charles Darwin, ketika ia berada di Kepulauan Galapagos untuk mengamati keanekaragaman makhluk hidup. Darwin menemukan bahwa banyak burung kutilang di kepulauan Galapagos yang pada dasarnya sama, tetapi bervariasi di berbagai pulau. Mereka seperti menyesuaikan diri sesuai dengan makanannya, di masing-masing pulau. Darwin kemudian mempelajari bahwa itu terjadi karena setiap keturunan makhluk hidup, akan selalu memiliki variasi di setiap individunya.
Seperti halnya kita dengan orang tua kita, yang pastinya tak bisa sama persis dan selalu memiliki sedikit perbedaan. Perbedaan kecil ini terus terjadi dalam waktu yang sangat sangat panjang, hingga perbedaan kecil tersebut dapat menjadi perbedaan yang signifikan. Tetapi, dari perbedaan tersebut, hanya variasi yang bisa bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan lah, yang akan terus ada dan memperbanyak jumlahnya. Teori evolusi ini, kemudian menjadi landasan bagaimana makhluk hidup terus berevolusi hingga sekarang dan hingga ke masa depan, membuat keanekaragaman makhluk hidup yang bisa kita temui di seluruh dunia. Dan teori ini juga terus teruji sejak dari 150 tahun lalu, dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Dan tentu saja, masih banyak teori lainnya. Seperti misalnya, teori awal mula alam semesta kita, hingga teori bagaimana alam semesta kita bekerja pada tingkat terkecil, yang tentunya memiliki perjalanan panjangnya sendiri yang tak bisa diceritakan dalam video ini, satu persatu. Lalu kemudian dalam sains, selain hipotesis dan teori, ada juga istilah yang bernama hukum. Apa itu? Sainsbro, akan menjelaskannya.
Dalam ilmu alam, teori berkaitan dengan hukum. Kita pasti pernah mendengar hukum gravitasi yang dirumuskan oleh Isaac Newton. Hukum gravitasi Newton menjelaskan kalau apel bisa terjatuh ke tanah karena adanya gaya tarik menarik antara apel dan bumi atau disebut gravitasi.
Hukum Newton pun menjelaskan kalau gravitasi bisa dihitung dengan mengkalikan massa apel dan bumi dan membaginya dengan jarak kedua benda tersebut yang dikuadratkan. Tapi, baru teori Einstein lah yang menjelaskan bagaimana gravitasi bisa ada, karena Newton hanya membuat hukum yang hanya menyangkut suatu pola matematis.
Tetapi, teori dan hukum bukanlah jawaban akhir yang bersifat statis, melainkan masih dapat terus berkembang. Tapi justru, itu lah kekuatan dari sains, dimana kita terus belajar dari hipotesis yang terus diuji dari waktu ke waktu, terus mencari jawaban yang lebih baik tentang dunia kita ini, sehingga… Kita bisa mencapai hal-hal yang luar biasa di alam semesta ini. Dan seperti biasa terima kasih.
sumber : https://kokbisachannel.wordpress.com/2016/02/24/apakah-teori-gravitasi-dan-evolusi-hanya-sebuah-teori/
Pendeknya, teori dalam sains dan teori yang sering kita gunakan sehari-hari adalah hal yang berbeda. Dalam bidang sains, sebuah teori diawali dengan pengamatan terhadap sekeliling kita, yang diyakini benar, atau disebut sebagai fakta.
Misalnya, kita tahu bahwa matahari itu selalu terbit dan terbenam. Dan biasanya kita sebagai manusia, selalu mencoba mencari penjelasan kenapa hal itu terjadi. Misalnya, kita menduga kalau itu terjadi karena matahari selalu bergerak mengelilingi bumi. Dugaan awal ini, disebut sebagai hipotesis.
Tetapi hipotesis yang kita ajukan, harus dapat dites dan diuji kembali, untuk dicari tahu kebenarannya. Misalnya, jawaban kita tadi akhirnya diuji, dan ternyata terbukti salah besar, namun dari situ kita menemukan bahwa nyatanya, bumi kita itu ternyata bulat, dan berputar terhadap porosnya sendiri, dimana posisi pengamatan kita juga selalu berputar terhadap matahari, menimbulkan efek seakan matahari yang mengelilingi kita.
Kemudian jika sudah cukup banyak hipotesis yang terbukti benar dalam menjelaskan suatu fenomena, dan tentunya telah diuji serta disetujui oleh para peneliti lain, maka terbentuklah… Teori. Ya, perjalanan sebuah teori untuk menjadi teori ternyata cukuplah panjang.
Contohnya misalnya, sejak abad ke-19, para peneliti menemukan fenomena aneh, yaitu banyaknya fosil hewan laut ditemukan di daratan tinggi, contohnya di pegunungan Himalaya. Bagaimana hal itu terjadi? Peneliti saat itu memiliki hipotesis, kalau hal itu terjadi, karena pernah adanya banjir besar yang membawa hewan laut ke daratan tinggi.
Memang terdengar masuk akal, tetapi, pengujian lebih lanjut ternyata menemukan bahwa itu terjadi karena adanya lempengan bumi yang terus bergerak. Penelitian ini pun menghasilkan teori lempeng tektonik, yang menjelaskan kenapa fosil hewan laut dapat berada di daratan tinggi. Yang kemudian teori ini juga dapat menjelaskan bagaimana terbentuknya benua kita sekarang, terbentuknya pegunungan vulkanis hingga penyebab terjadinya gempa bumi, yang semuanya diakibatkan oleh pergerakan lempeng tektonik bumi.
Kemudian hal tersebut juga terjadi pada Charles Darwin, ketika ia berada di Kepulauan Galapagos untuk mengamati keanekaragaman makhluk hidup. Darwin menemukan bahwa banyak burung kutilang di kepulauan Galapagos yang pada dasarnya sama, tetapi bervariasi di berbagai pulau. Mereka seperti menyesuaikan diri sesuai dengan makanannya, di masing-masing pulau. Darwin kemudian mempelajari bahwa itu terjadi karena setiap keturunan makhluk hidup, akan selalu memiliki variasi di setiap individunya.
Seperti halnya kita dengan orang tua kita, yang pastinya tak bisa sama persis dan selalu memiliki sedikit perbedaan. Perbedaan kecil ini terus terjadi dalam waktu yang sangat sangat panjang, hingga perbedaan kecil tersebut dapat menjadi perbedaan yang signifikan. Tetapi, dari perbedaan tersebut, hanya variasi yang bisa bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan lah, yang akan terus ada dan memperbanyak jumlahnya. Teori evolusi ini, kemudian menjadi landasan bagaimana makhluk hidup terus berevolusi hingga sekarang dan hingga ke masa depan, membuat keanekaragaman makhluk hidup yang bisa kita temui di seluruh dunia. Dan teori ini juga terus teruji sejak dari 150 tahun lalu, dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Dan tentu saja, masih banyak teori lainnya. Seperti misalnya, teori awal mula alam semesta kita, hingga teori bagaimana alam semesta kita bekerja pada tingkat terkecil, yang tentunya memiliki perjalanan panjangnya sendiri yang tak bisa diceritakan dalam video ini, satu persatu. Lalu kemudian dalam sains, selain hipotesis dan teori, ada juga istilah yang bernama hukum. Apa itu? Sainsbro, akan menjelaskannya.
Dalam ilmu alam, teori berkaitan dengan hukum. Kita pasti pernah mendengar hukum gravitasi yang dirumuskan oleh Isaac Newton. Hukum gravitasi Newton menjelaskan kalau apel bisa terjatuh ke tanah karena adanya gaya tarik menarik antara apel dan bumi atau disebut gravitasi.
Hukum Newton pun menjelaskan kalau gravitasi bisa dihitung dengan mengkalikan massa apel dan bumi dan membaginya dengan jarak kedua benda tersebut yang dikuadratkan. Tapi, baru teori Einstein lah yang menjelaskan bagaimana gravitasi bisa ada, karena Newton hanya membuat hukum yang hanya menyangkut suatu pola matematis.
Tetapi, teori dan hukum bukanlah jawaban akhir yang bersifat statis, melainkan masih dapat terus berkembang. Tapi justru, itu lah kekuatan dari sains, dimana kita terus belajar dari hipotesis yang terus diuji dari waktu ke waktu, terus mencari jawaban yang lebih baik tentang dunia kita ini, sehingga… Kita bisa mencapai hal-hal yang luar biasa di alam semesta ini. Dan seperti biasa terima kasih.
sumber : https://kokbisachannel.wordpress.com/2016/02/24/apakah-teori-gravitasi-dan-evolusi-hanya-sebuah-teori/
Komentar
Posting Komentar