Langsung ke konten utama

Benarkah Golongan Darah Menentukan Sifat Kita?

Pada suatu hari, si A, si B, si O, dan si AB janjian kumpul untuk pergi ke pantai bersama-sama. Kira-kira, siapakah yang paling on time dan siapakah yang paling ngaret?

Jika kalian bisa menjawab pertanyaan tersebut, itu artinya kalian percaya pada penggolongan sifat berdasarkan golongan darah! Mungkin kalian pernah membaca bahwa: golongan darah A orangnya tepat waktu, golongan darah B orangnya tukang ngaret, golongan darah O suka bertingkah seenak jiwa, sementara golongan darah AB orang-orangnya… tidak jelas. Hm… jadi seperti yang ditanyakan Muzaki Azami ini, memangnya ada hubungan apa antara golongan darah dan sifat kita?

Penggolongan sifat menggunakan golongan darah boleh saja populer, tapi sesungguhnya ini cuma mitos. Di episode Kok Bisa sebelumnya tentang Zodiak, kita belajar tentang Barnum Effect. Konsep ini berlaku juga buat golongan darah. Kecocokan antara tindakan kita dengan penggolongan darah juga bisa dijelaskan dengan istilah Self-fulfilling Prophecy . Artinya, sesuatu yang kita perkirakan bisa benar-benar terjadi karena itulah yang kita harapkan.

Tapi kalau memang cuma mitos, mengapa teman-teman kita yang bergolongan darah sama juga memiliki sifat yang sama? Nah, fenomena ini bisa juga dijelaskan dengan istilah Confirmation-bias. Artinya, sebagai manusia, kita cenderung suka mencari info yang bisa mendukung keyakinan kita. Misalnya kita percaya orang-orang golongan darah A sangat disiplin. Kita jadi semakin yakin saat melihat pacar kita yang bergolongan darah A tak pernah telat upacara hari Senin. Padahal, di kelas dia sering lupa mengerjakan PR.

Selain itu, hubungan antara sifat dan golongan darah belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Pada tahun 1927, penelitian tentang golongan darah dan kepribadian memang pernah dilakukan oleh profesor psikologi Jepang bernama Takeji Furukawa. Bagaimanapun, penelitian ini dinilai kurang valid karena sangat bermuatan politis. Singkat cerita, waktu itu Jepang sedang semangat-semangatnya memperluas wilayah ke negara-negara lain di Asia Timur. Nah, dibandingkan yang lain, orang-orang Taiwan kala itu sangat sulit ditundukkan. Dengan penelitiannya, Profesor Furukawa ingin mencari tahu rahasia ciri khas kepribadian orang Taiwan yang bandel pada pemerintah Jepang.

Setengah abad kemudian, tahu-tahu terbitlah buku tentang golongan darah dan kepribadian. Buku ini ditulis oleh Masahiko Nomi, seorang jurnalis yang bahkan tidak punya latar belakang ilmu medis maupun psikologi. Meski sebetulnya juga kurang valid, buku Nomi dipenuhi dengan aneka data dan statistika yang meyakinkan. Akhirnya, penggolongan sifat berdasarkan golongan darah jadi semakin mendarah daging di masyarakat Asia Timur.

Jadi, kalau orang Amerika suka baca horoskop, dan kita, orang Indonesia, suka mainan primbon, orang Jepang punya Ketsueki-gata! Di Jepang, ketsueki-gata atau penggolongan sifat berdasarkan golongan darah bahkan jadi pedoman kecocokan buat banyak biro jodoh. Popularitas ketsueki-gata semakin menanjak melalui budaya populer seperti webtoon karya komikus Korea Selatan, Park Dongsun. Dan… terima kasih untuk kecanggihan teknologi IT abad 21, sekarang kita juga mengenal karakter-karakter lucu ini di Indonesia.


Selama cuma buat lucu-lucuan, penggolongan sifat dengan golongan darah memang bisa jadi hiburan. Tapi buat kalian yang masih pakai cara ini buat ngepoin calon gebetan, lebih baik kerahkan tekad dan keberanian. Kalau bisa tanya langsung, buat apa tebak-tebak? Dan seperti biasa, terima kasih.


sumber : https://kokbisachannel.wordpress.com/2017/01/04/benarkah-golongan-darah-menentukan-sifat-kita/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

perbedaan animasi 4D dan 5D

Animasi 4D  Tidak berbeda jauh dengan format 3D, hanya saja efek dari film 4D ini, bukan hanya gambarnya saja yang keluar, melainkan ada getaran-getaran atau efek-efek nyata yg dihasilkan. Misalnya saja film-film animasi bertema kehidupan alam, ketika adegan di air, maka ada air yang menyipratkannya ke wajah kita, atau uap air menetes. Lalu ketika adegan gempa bumi, maka kursi yang kita duduki akan bergetar juga, memang unik dan mengasyikan tetapi para penonton pasti tidak akan fokus ke filmnya melainkan ke efeknya saja. Film berformat seperti ini tidak hanya mengacu pada layar bioskop saja, melainkan beberapa aplikasi media seperti penggerak kursi yang menghasilkan getaran, uap air, serta beberapa efek lainnya, termasuk AC yang bisa tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin saat adegan salju, dan Heater yang dapat memanas saat adegan padang pasir. Dan format film ini pun harus diputar pada bioskop-bioskop khusus saja. Sedangkan animasi 5D sebenarnya di beberapa negara eropa ada ne...

Kenapa 1 Tahun Itu 12 Bulan?

Nenek moyang kita dulu membuat kalendar berdasarkan berbagai macam perhitungan. Mulai dari perhitungan astronomi, pergantian musim, peristiwa politik hingga prediksi kiamat. Ini seperti yang ditanyakan oleh teman-teman kita ini, kenapa sistem kalender kita harus memiliki 12 bulan dalam setahun? Kenapa bukan misalnya, 20 bulan? Apa dasar perhitungannya? Pendeknya, kalender yang kita gunakan sekarang itu mengadopsi sistem kalender romawi. Awal mulanya, sistem dalam kalender romawi ini hanya memiliki 10 bulan atau 304 hari saja dalam setahun. Tapi, jumlah 10 bulan ini kemudian dianggap kurang tepat, karena tidak bisa sinkron dengan pergantian musim yang terjadi. Hingga akhirnya, Kaisar Romawi pada saat itu, Numa Pompilius, menambahkan 2 bulan baru, yakni Januari dan Februari. Dan kemudian setelah itu, disempurnakan lagi oleh sistem kalender Julian, yang namanya diambil dari Julius Caesar, kaisar romawi saat itu. Lalu ketika bangsa di eropa mulai mengembangkan sains dan memahami astron...

Bagaimana Cara Mengetahui Umur Benda Purba?

Coba tebak, sudah berapa lama Sultan Jogjakarta yang pertama meninggal? Jawabannya mudah. Kita kurangkan saja tanggal hari ini dengan tanggal kematian sang sultan. Tapi, bagaimana kalau kita ditanya, sudah berapa lama Firaun Mesir yang pertama meninggal? Atau, sudah berapa lama kucing kesayangannya meninggal? Pertanyaan semacam ini, tampaknya selalu bisa dijawab oleh para peneliti benda purba. Buktinya, setiap peninggalan bersejarah yang kita lihat di museum selalu ada keterangan umurnya. Namun seperti pertanyaan ini, pernahkah kalian penasaran, bagaimana para peneliti bisa tahu umur mumi, prasasti, atau benda-benda purba lainnya? Padahal, mereka jelas belum lahir pada zaman itu. Apakah mereka cuma asal tebak? Atau jangan-jangan, para peneliti ini diam-diam punya mesin waktu? Ternyata, pengukuran umur benda purba bisa dilakukan secara ilmiah tanpa perlu time-travel, yaitu dengan teknik dating. Bukan… Bukan dating yang itu, tapi dating yang lainnya. Teknik dating benda purba sendiri...