Sebagai orang Indonesia, kalau kita ditanya berapa jenis kelamin manusia, jawabannya gampang! Anak kecil juga tahu kalau jenis kelamin cuma ada 2, yaitu perempuan dan laki-laki. Tapi, seperti pertanyaan teman kita yang satu ini, bagaimana kalau kita bukan ditanya berapa, tapi kenapa jenis kelamin cuma ada 2?
Selama ini, keberadaan 2 jenis kelamin kita terima begitu saja sebagai hal yang normal. Contohnya, setiap kita pergi ke toilet umum, kita pasti merasa biasa saja kalau melihat simbol ini atau ini. Tapi, apa jadinya kalau tiba-tiba kita melihat simbol seperti ini, yang ternyata sudah bisa kita temukan di beberapa negara.
Pada dasarnya, pengetahuan kita soal 2 jenis kelamin berasal dari pengetahuan bahwa organ reproduksi manusia juga cuma ada 2 macam. Menurut definisi WHO, seks atau jenis kelamin memang mengacu pada perbedaan biologis dan fisiologis antara perempuan dan laki-laki, seperti organ reproduksi, kromosom, hormon, dan sebagainya.
Intinya, jenis kelamin membedakan cewek dan cowok dari bentuk fisiknya, semisal kenapa cuma cowok yang bisa berkumis lebat, dan kenapa cuma cewek yang bisa berbodi seperti gitar spanyol. Ciri-ciri ini sudah diprogram jauuuh saat kita masih ada dalam kandungan mama oleh kromosom, yaitu komponen genetis dalam DNA kita, dengan kode kromosom XX untuk cewek dan XY untuk cowok. Uniknya, bisa dibilang kita semua awalnya berjenis kelamin perempuan, karena percaya atau tidak, semua embrio atau calon bayi pada dasarnya berkromosom XX. Belakangan, barulah gen ‘cowok’ di kromosom Y akan beraksi membentuk testis, yang kemudian memunculkan ciri-ciri fisik cowok lainnya. Hanya pada kasus yang sangat sangat khusus, bisa saja terjadi variasi genetis yang menghasilkan bayi intersex. Pokoknya, apa pun jenis kelaminnya, kromosomlah penentunya!
Kalau memang begitu, bagaimana dengan fenomena cewek dan cowok trans? Kenapa bisa ada cewek berpenampilan tomboy dan cowok berpenampilan kemayu? Di sinilah kita akan mulai ngomong soal gender. Berbeda dari jenis kelamin, kalau kita ditanya ada berapa jumlah gender manusia, jawabannya bakal sangat sangat kompleks! Soalnya, menurut WHO gender lebih mengacu pada konstruksi masyarakat tentang ciri-ciri perempuan dan laki-laki, seperti norma, peran, dan hubungan antara perempuan dan laki-laki. Singkatnya, gender lebih berhubungan dengan bagaimana kita dibesarkan menurut standar cewek dan cowok yang ideal di mata masyarakat. Misalnya, bagaimana cewek dipandang harus lemah lembut dan manis, sementara cowok harus tangguh dan macho.
Selama berpuluh-puluh tahun, sudah banyak filsuf yang mencoba mengkaji isu gender, salah satunya filsuf perempuan asal Amerika Serikat Judith Butler dalam bukunya Gender Trouble. Di sana, Butler menyampaikan pandangannya bahwa gender bisa jadi tidak bersifat biner, sehingga fenomena cewek tomboy atau cowok kemayu seharusnya kita lihat sebagai ekspresi, bukannya sebuah kelainan yang pantas kita jadikan bahan ejekan.
Balik lagi ke definisi WHO. Beda dengan jenis kelamin, gender ternyata bisa bermacam-macam dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Uniknya lagi, gender juga bisa berubah-ubah. Fenomena gender ketiga misalnya bisa ditemukan di India dan Kepulauan Samoa. Tidak usah jauh-jauh, Indonesia juga punya! Misalnya pada masyarakat tradisional Bugis. Mereka bahkan mengenal 5 gender! Yaitu Perempuan, Laki-laki, Calalai, Calabai, dan Bissu. Ada yang kepikiran contoh lain?
Bicara soal jenis kelamin dan gender memang memusingkan. Tapi setidaknya, semoga video ini bisa membantu kamu memahami isu ini dengan lebih baik. Jadi kalau lain kali ditanya ‘kenapa jenis kelamin cuma 2’, jawabnya jangan asal mangap ya! Dan seperti biasa, terima kasih.
sumber : https://kokbisachannel.wordpress.com/2017/04/12/kenapa-jenis-kelamin-ada-2-laki-laki-dan-perempuan/
Selama ini, keberadaan 2 jenis kelamin kita terima begitu saja sebagai hal yang normal. Contohnya, setiap kita pergi ke toilet umum, kita pasti merasa biasa saja kalau melihat simbol ini atau ini. Tapi, apa jadinya kalau tiba-tiba kita melihat simbol seperti ini, yang ternyata sudah bisa kita temukan di beberapa negara.
Pada dasarnya, pengetahuan kita soal 2 jenis kelamin berasal dari pengetahuan bahwa organ reproduksi manusia juga cuma ada 2 macam. Menurut definisi WHO, seks atau jenis kelamin memang mengacu pada perbedaan biologis dan fisiologis antara perempuan dan laki-laki, seperti organ reproduksi, kromosom, hormon, dan sebagainya.
Intinya, jenis kelamin membedakan cewek dan cowok dari bentuk fisiknya, semisal kenapa cuma cowok yang bisa berkumis lebat, dan kenapa cuma cewek yang bisa berbodi seperti gitar spanyol. Ciri-ciri ini sudah diprogram jauuuh saat kita masih ada dalam kandungan mama oleh kromosom, yaitu komponen genetis dalam DNA kita, dengan kode kromosom XX untuk cewek dan XY untuk cowok. Uniknya, bisa dibilang kita semua awalnya berjenis kelamin perempuan, karena percaya atau tidak, semua embrio atau calon bayi pada dasarnya berkromosom XX. Belakangan, barulah gen ‘cowok’ di kromosom Y akan beraksi membentuk testis, yang kemudian memunculkan ciri-ciri fisik cowok lainnya. Hanya pada kasus yang sangat sangat khusus, bisa saja terjadi variasi genetis yang menghasilkan bayi intersex. Pokoknya, apa pun jenis kelaminnya, kromosomlah penentunya!
Kalau memang begitu, bagaimana dengan fenomena cewek dan cowok trans? Kenapa bisa ada cewek berpenampilan tomboy dan cowok berpenampilan kemayu? Di sinilah kita akan mulai ngomong soal gender. Berbeda dari jenis kelamin, kalau kita ditanya ada berapa jumlah gender manusia, jawabannya bakal sangat sangat kompleks! Soalnya, menurut WHO gender lebih mengacu pada konstruksi masyarakat tentang ciri-ciri perempuan dan laki-laki, seperti norma, peran, dan hubungan antara perempuan dan laki-laki. Singkatnya, gender lebih berhubungan dengan bagaimana kita dibesarkan menurut standar cewek dan cowok yang ideal di mata masyarakat. Misalnya, bagaimana cewek dipandang harus lemah lembut dan manis, sementara cowok harus tangguh dan macho.
Selama berpuluh-puluh tahun, sudah banyak filsuf yang mencoba mengkaji isu gender, salah satunya filsuf perempuan asal Amerika Serikat Judith Butler dalam bukunya Gender Trouble. Di sana, Butler menyampaikan pandangannya bahwa gender bisa jadi tidak bersifat biner, sehingga fenomena cewek tomboy atau cowok kemayu seharusnya kita lihat sebagai ekspresi, bukannya sebuah kelainan yang pantas kita jadikan bahan ejekan.
Balik lagi ke definisi WHO. Beda dengan jenis kelamin, gender ternyata bisa bermacam-macam dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Uniknya lagi, gender juga bisa berubah-ubah. Fenomena gender ketiga misalnya bisa ditemukan di India dan Kepulauan Samoa. Tidak usah jauh-jauh, Indonesia juga punya! Misalnya pada masyarakat tradisional Bugis. Mereka bahkan mengenal 5 gender! Yaitu Perempuan, Laki-laki, Calalai, Calabai, dan Bissu. Ada yang kepikiran contoh lain?
Bicara soal jenis kelamin dan gender memang memusingkan. Tapi setidaknya, semoga video ini bisa membantu kamu memahami isu ini dengan lebih baik. Jadi kalau lain kali ditanya ‘kenapa jenis kelamin cuma 2’, jawabnya jangan asal mangap ya! Dan seperti biasa, terima kasih.
sumber : https://kokbisachannel.wordpress.com/2017/04/12/kenapa-jenis-kelamin-ada-2-laki-laki-dan-perempuan/
Komentar
Posting Komentar