Langsung ke konten utama

Kenapa Bagi Kita Bumi Terlihat Datar?

Di mata kita, bumi selalu terlihat datar. Padahal, bumi sebetulnya berbentuk bulat atau lebih tepatnya oblate spheroid. Tapi, jika benar bulat, kenapa, bagi kita, bumi terlihat datar?

Pendeknya, bumi itu bisa terlihat seperti datar, karena bumi itu sangat… sangaaat… sangaaaaaat besar, dibandingkan kita, manusia, yang sangat lah kecil. Contohnya, saat berada di tepi pantai, kita bisa melihat kapal yang datang, muncul sedikit demi sedikit dari balik cakrawala. Fenomena ini, hanya bisa terjadi, karena bumi kita memiliki lengkungan. Sekalipun kita bersikeras bahwa dari sudut pandang kita, permukaan laut selalu tampak datar.

Kemudian, jika misalnya benar bumi itu datar, kenapa belum pernah ada orang yang melapor bahwa mereka pernah pergi ke ujung dunia? Faktanya, jika kita pergi luruuus terus ke satu arah, pada akhirnya kita akan sampai kembali ke tempat semula.

Memang benar, manusia sudah mempertanyakan soal bentuk bumi sejak berabad-abad lalu… Bahkan hingga saat ini. Contohnya, di Mesir Kuno pernah ada kepercayaan bahwa bumi itu berbentuk kotak.

Lalu di Yunani Kuno, banyak orang menganggap bahwa bumi itu berbentuk seperti mangkuk ceper. Namun kemudian, terima kasih kepada para peneliti, para ahli astronomi modern, dan misi-misi ke luar angkasa, karena melalui pengamatan mereka, akhirnya kita tahu pasti, bahwa bumi itu bulat.

Miskonsepsi soal bentuk bumi sesungguhnya dapat dimaklumi. Karena, menurut para ahli psikologi kognitif, kita, sebagai manusia, selalu berusaha memahami lingkungan sekitar, melalui intuisi kita. Akibatnya, kita menerjemahkan dunia, seperti apa yang kita lihat. Padahal faktanya, dunia, jika dipelajari lebih dalam, tak selalu seperti apa yang kita lihat.

Jadi mungkin, sudah saatnya kita, mulai belajar mengakui keterbatasan kita, dalam memahami alam semesta yang tidak terbatas ini. Dan seperti biasa, terima kasih.


sumber : https://kokbisachannel.wordpress.com/2016/07/27/kenapa-bagi-kita-bumi-terlihat-datar/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

perbedaan animasi 4D dan 5D

Animasi 4D  Tidak berbeda jauh dengan format 3D, hanya saja efek dari film 4D ini, bukan hanya gambarnya saja yang keluar, melainkan ada getaran-getaran atau efek-efek nyata yg dihasilkan. Misalnya saja film-film animasi bertema kehidupan alam, ketika adegan di air, maka ada air yang menyipratkannya ke wajah kita, atau uap air menetes. Lalu ketika adegan gempa bumi, maka kursi yang kita duduki akan bergetar juga, memang unik dan mengasyikan tetapi para penonton pasti tidak akan fokus ke filmnya melainkan ke efeknya saja. Film berformat seperti ini tidak hanya mengacu pada layar bioskop saja, melainkan beberapa aplikasi media seperti penggerak kursi yang menghasilkan getaran, uap air, serta beberapa efek lainnya, termasuk AC yang bisa tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin saat adegan salju, dan Heater yang dapat memanas saat adegan padang pasir. Dan format film ini pun harus diputar pada bioskop-bioskop khusus saja. Sedangkan animasi 5D sebenarnya di beberapa negara eropa ada ne...

Kenapa 1 Tahun Itu 12 Bulan?

Nenek moyang kita dulu membuat kalendar berdasarkan berbagai macam perhitungan. Mulai dari perhitungan astronomi, pergantian musim, peristiwa politik hingga prediksi kiamat. Ini seperti yang ditanyakan oleh teman-teman kita ini, kenapa sistem kalender kita harus memiliki 12 bulan dalam setahun? Kenapa bukan misalnya, 20 bulan? Apa dasar perhitungannya? Pendeknya, kalender yang kita gunakan sekarang itu mengadopsi sistem kalender romawi. Awal mulanya, sistem dalam kalender romawi ini hanya memiliki 10 bulan atau 304 hari saja dalam setahun. Tapi, jumlah 10 bulan ini kemudian dianggap kurang tepat, karena tidak bisa sinkron dengan pergantian musim yang terjadi. Hingga akhirnya, Kaisar Romawi pada saat itu, Numa Pompilius, menambahkan 2 bulan baru, yakni Januari dan Februari. Dan kemudian setelah itu, disempurnakan lagi oleh sistem kalender Julian, yang namanya diambil dari Julius Caesar, kaisar romawi saat itu. Lalu ketika bangsa di eropa mulai mengembangkan sains dan memahami astron...

Bagaimana Cara Mengetahui Umur Benda Purba?

Coba tebak, sudah berapa lama Sultan Jogjakarta yang pertama meninggal? Jawabannya mudah. Kita kurangkan saja tanggal hari ini dengan tanggal kematian sang sultan. Tapi, bagaimana kalau kita ditanya, sudah berapa lama Firaun Mesir yang pertama meninggal? Atau, sudah berapa lama kucing kesayangannya meninggal? Pertanyaan semacam ini, tampaknya selalu bisa dijawab oleh para peneliti benda purba. Buktinya, setiap peninggalan bersejarah yang kita lihat di museum selalu ada keterangan umurnya. Namun seperti pertanyaan ini, pernahkah kalian penasaran, bagaimana para peneliti bisa tahu umur mumi, prasasti, atau benda-benda purba lainnya? Padahal, mereka jelas belum lahir pada zaman itu. Apakah mereka cuma asal tebak? Atau jangan-jangan, para peneliti ini diam-diam punya mesin waktu? Ternyata, pengukuran umur benda purba bisa dilakukan secara ilmiah tanpa perlu time-travel, yaitu dengan teknik dating. Bukan… Bukan dating yang itu, tapi dating yang lainnya. Teknik dating benda purba sendiri...